Wednesday 25 December 2013

BAB I PENDAHULUAN

 1.1. LATAR BELAKANG
       Pangan merupakan sumber energi bagi manusia dan makanan tersebut secara langsung atau tidak langsung berasal dari tanaman yang sebagian besar termasuk kelompok sayuran. Sayuran mutlak diperlukan dalam konsumsi masyarakat sehari-hari karena kandungan gizinya, terutama vitamin dan mineral yang dapat mendukung kecukupan gizi masyarakat, sehingga menyebabkan permintaan komoditas sayuran terjadi setiap hari. Hal inilah yang menjadikan komoditas sayuran memiliki peluang yang cerah untuk dikembangkan.
        Peluang budidaya sayuran juga dapat dilihat dari perkembangan nilai ekspor komoditas sayuran di Indonesia yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peluang ini memacu berbagai pihak untuk menggunakan teknik budidaya yang paling sesuai untuk mencapai produksi yang optimal, selain untuk mencapai kualitas, kuantitas dan kontinuitas produksi.
       Berdasar ketentuan yang telah ditetapkan di pendidikan tinggi bahwa mata kuliah capita selecta agribisnis bertujuan untuk memperkenalkan kegiatan agribisnis pertanian di lapangan dalam berbagai aktifitas dalam bentuk praktek kerja sehingga mahasiswa mendapat pengetahuan dan pengalaman pada obyek kegiatan dunia agribisnis yang nyata. Kegiatan praktek kerja ini merupakan kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa untuk melengkapi kegiatan belajar dan sebagai penunjang teori yang tidak dapat digantikan oleh kegiatan lain. Oleh karena itu setiap mahasiswa diwajibkan untuk melaksanakan kegiatan praktek kerja lapangan ini. Praktek kerja lapangan merupakan pengejawantahan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran, yang memberikan pengetahuan dasar pengelolaan lapang produksi secara benar.
         
 1.2. TUJUAN KEGIATAN CAPITA SELECTA
        Kegiatan praktek kerja ini mempunyai tujuan, antara lain:
1. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang budidaya tanaman di tempat kegiatan atau lapangan.
2. Sebagai sarana pembanding teori yang didapat di bangku kuliah dengan keadaan sebenarnya di lapangan.
3. Sebagai media visual yang jelas bentuk-bentuk kegiatan agribisnis yang nyata.
4. Memberikan motivasi pada mahasiswa bahwa praktek kerja di lapangan perlu dilakukan oleh seluruh mahasiswa Fakultas Pertanian.
5. Mampu menganalisis suatu kegiatan agrbisnis yang nyata dari berbagai aspek, baik aspek teknis dan lingkungan, aspek pasca panen, aspek pemasaran, aspek ekonomi finansial dan aspek distribusi atau pemasaran.

 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 

 2.1. Pengertian Agribisnis 
      Agribisnis merupakan cara baru melihat pertanian dalam arti pandang yang dahulu dilaksanakan secara sektoral sekarang secara inter sektoral atau apabila dulu dilaksanakan secara sub sistem sekarang secara sistem (Saragih, 2001). Dengan demikian agribisnis mempunyai keterkaitan vertikal dan antar sub sistem serta keterkaitan horisontal dengan sistem atau sub sistem lain diluar seperti jasa-jasa (finansial dan perbankan, transportasi, perdagangan, pendidikan, dan lain-lain). 
        Sistem agribisnis mencakup 4 (empat) hal, Pertama, industri pertanian hulu yakni industri-industri yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian seperti industri agro-kimia (pupuk, pestisida, dan obat-obatan hewan), industri agro-otomotif (alat dan mesin pertanian, alat dan mesin pengolahan hasil pertanian) dan industri pembibitan/perbenihan tanaman dan hewan. Kedua, pertanian dalam arti luas yang disebut on farm agribisnis yaitu usaha tani yang meliputi budidaya pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan kehutanan. Ketiga industri hilir pertanian yang disebut juga agribisnis hilir atau down stream agribusiness, yaitu kegiatan industri yang mengolah hasil pertanian menjadi produk olahan baik produk antara maupun produk akhir. Keempat jasa penunjang agribisnis yakni perdagangan, perbankan, pendidikan, pendampingan dari tenaga ahli maupun petugas serta regulasi pemerintah yang mendukung petani (Mubyarto, 1997). 
        Pengembangan usaha tanaman sayuran merupakan peluang dan prospek yang cukup besar dalam peningkatan perekonomian daerah dan pendapatan petani terutama di daerah dataran tinggi. Dalam pengembangan agribisnis sayuran tehnologi pertanian sangat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan petani, agar pendapatan dan kesejahteraan petani meningkat apabila dilaksanakan secara terpadu dalam sistem agribisnis. 
       Menejemen agribisnis sayuran dalam pengembangan usahanya dilaksanakan melalui sistem agribisnis secara utuh dari semua sub sistem dan saling terkait antara sub sistem yang satu dan lainnya Faktor kunci dalam pengembangan agribisnis sayuran adalah peningkatan dan perluasan kapasitas produksi melalui renovasi, menumbuhkembangkan dan restrukturisasi agribisnis, kelembagaan maupun infrastruktur penunjang peningkatan dan perluasan kapasitas produksi diwujudkan melalui investasi bisnis maupun investasi infrastruktur. Kebijakan revitalisasi pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan adalah pengembangan agribisnis dengan dukungan dari aspek teknologi on farm dan off farm, investasi, mekanisasi pertanian dan promosi serta pengembangan yang disesuaikan dengan lahan. 
        Menurut Saragih (2001), Fungsi-fungsi agribisnis mengacu kepada semua aktivitas mulai dari pengadaan, prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan oleh suatu usaha tani atau agro industri yang saling terkait satu sama lain. Dengan demikian agribisnis dapat dipandang sebagai suatu sistem pertanian yang memiliki beberapa sub sistem yaitu, sub sistem agribisnis hulu, usaha tani, sub sistem pengolahan hasil pertanian, sub sistem pemasaran hasil pertanian dan sub sistem penunjang, dan sisitem ini dapat berfungsi efektif bila tidak ada gangguan pada salah satu sub sistem. 

 2.2. Subsistem Sarana Produksi
       Dalam pengembangan agribisnis sayuran sarana produksi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan pendapatan petani. Menurut Saragih (2001) untuk mencapai eficiency input-input sarana produksi harus ada pengorganisasian dalam penerapan sub sistem ini yaitu penerapan jumlah, waktu, tempat dan tepat biaya serta mutu sehingga ada optimasi dari penggunaan input-input produksi. Meningkatnya produksi dan pendapatan petani bila didukung adanya industri-industri agribisnis hulu yaitu industri-industri yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian (the manufacture and distribution of farm supliiees) seperti industri agro kimia (industri pupuk, industri pestisida, obat-obatan hewan) industri alat pertanian dan industri pembibitan/perbenihan. 
       Agribisnis modern yang orientasi pasar, haruslah mampu menghasilkan produk-produk benih yang unggul dan sesuai agroklimat di suatu kawasan dan produktivitas komoditas, karena dalam mata rantai yang sangat penting, berarti pembangunan industri-industri merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan pendapatan petani (Mubyarto, 1997). 

2.3. Sub sistem Budidaya
       Sayuran merupakan tanaman yang dapat tumbuh dari dataran rendah sampai dataran tinggi tergantung jenis sayuran tersebut dapat tumbuh. Pengembangan agribisnis sayuran merupakan komoditas potensial dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, produktivitas dan kualitas hasil sangat ditentukan oleh saat tanam, agroklimat, jenis tanah, penggunaan sarana produksi, teknologi budidaya, pengolahan pasca panen dan pengemasan, serta pemasaran. Dalam pengembangan usaha agribisnis sayuran sangat ditentukan oleh kemampuan sumber daya manusia, sarana produksi, teknologi budidaya, pengolahan pasca panen, peningkatan nilai tambah dan pemasaran (Gittinger, 1986). 
       Agroklimat merupakan pertimbangan yang sangat penting dan merupakan faktor sukses dan tidaknya kegiatan agribisnis dibandingkan dengan faktor lahan. Faktor agroklimat sulit untuk direkayasa dengan faktor penentu seperti sinar matahari, hujan, angin, kelembapan dan suhu udara. Sementara itu tanah yang tidak subur dapat dirubah menjadi subur. Selain itu faktor tenaga kerja juga sangat menentukan berhasil tidaknya usaha agribisnis sayuran, demikian juga manajemen pengelolaan agribisnis (Gittinger, 1986). 
       Sayuran dataran tinggi pada umumnya dapat tumbuh baik pada suhu udara sekitar 25 - 30ºC dengan ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl. Tanah yang dibutuhkan adalah tanah gembur, berpasir dengan kandungan mineral yang tinggi dan drainase yang baik. Benih yang digunakan dengan vigor 85% dan pH tanah berkisar 5,6 – 6. Pemeliharan tanaman diselenggarakan dengan menggunakan pupuk dasar dan pupuk lanjutan, sedangkan untuk pengendalian hama dilaksanakan bila diperlukan. Penerapan pengendalian hama terpadu (PHT) pada sayuran mampu mengurangi penggunaan pestisida cukup signifikan tanpa menurunkan hasil, sehingga keuntungan bisa bertambah. Metode diseminasi sistem usaha tani terpadu berbasis tanaman sayuran dengan pengembangan paket teknologi tumpang sari dapat meningkatkan pendapatan petani sayuran. 

2.4. Sub sistem Pascapanen dan Pengolahan Hasil 
       Sayuran merupakan komoditas yang mudah rusak dan masih mengalami proses hidup (proses fisiologis). Dalam batas-batas tertentu proses fisiologis ini akan mengakibatkan perubahan-perubahan yang mengarah pada kerusakan-kerusakan atau kehilangan hasil. Kerusakan dan kehilangan hasil produk sayuran akan terjadi dan dapat menurunkan kualitas dan kuantitas yang terjadi pada tahap setelah panen sampai dengan tahap produk siap dikonsumsi, rata-rata berkisar 25-40 persen. Kehilangan dapat diartikan sebagai akibat dari perubahan dalam hal ketersediaan, jumlah yang dapat dimakan yang akhirnya dapat berakibat sayuran tersebut tidak layak untuk dikonsumsi.
       Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan sayuran saat setelah panen akibat dari faktor biologi, faktor lingkungan (suhu, kelembapan dan komposisi atmosfir). Oleh karena itu agar proses pasca panen tidak menurunkan kualitas perlu ada penanganan pasca panen yang baik seperti saat pemanenan yang baik dan tepat yaitu dengan panen hati-hati agar tidak terjadi kerusakan fisik, panen saat masak yang tepat, dengan analisa kimia mengukur kandungan zat padat, zat asam atau zat pati. Selain itu proses pemanenan dari panen, pengumpulan, pembersihan, sortasi, grading, pengemasan, penyimpanan dan transportasi dengan metode dan teknik yang benar (Saragih, 2001).

 2.5. Sub sistem Pemasaran 
       Kunci keberhasilan usaha tani agribisnis sayuran salah satunya adalah bagaimana mengembangkan peluang dan strategi serta mencari solusi adanya kendala dan masalah pemasaran komoditas sayuran. Kelancaran distribusi komoditas sayuran ini sangat perlu mengingat hal ini akan berpengaruh terhadap tersedianya pasokan dan terciptanya harga yang wajar. Disamping itu keamanan distribusi menuntuk terciptanya suatu sistem distribusi yang lebih efektif dan efisien serta harus mengutamakan selera kepuasan pasar atau konsumen domestik maupun global dengan demikian sayuran tersebut mempunyai nilai daya saing yang tinggi (Mubyarto, 1997). 
       Produk hasil pertanian dapat bersaing sempurna ada 4 faktor yang harus diperhatikan, yaitu: 1) hubungan antar jumlah pembeli dan penjual, 2) Sifat barang yang diperdagangkan, 3)SDM yang dimiliki tentang mutu produk, 4)Kebebasan dalam perdagangan. Pendapatan hasil produk dipengaruhi dari efisiensi biaya pemasaran. 2.6. Pendapatan Usaha Tani Sistem agribisnis sebagai rangkaian kegiatan sub sistem-sub sistem yang saling mempengaruhi satu sama lain, untuk sub sistem non usaha tani yang memegang peranan yang sangat besar dalam sistem agribisnis di Indonesia maupun negara berkembang lainnya adalah layanan dalam bidang pengolahan dan pemasaran (Mubyarto, 1997). 
       Pendapatan per kapita dari kegiatan non usaha tani tumbuh sekitar 14% per tahun sedangkan dari kegiatan usaha tani hanya sekitar 3 % per tahun yaitu dengan mengembangkan fungsi-fungsi perdagangan (penyimpanan, pengangkutan, pengolahan, sortasi, grading, dan sebagainya). 
       Menurut Husein (2005) ada beberapa pembagian pendapatan yaitu (1) Pendapatan kotor (Gross income) adalah pendapatan usaha tani yang belum dikurangi biaya-biaya, (2) Pendapatan bersih (net income) adalah pendapatan setelah dikurangi biaya, (3) Pendapatan pengelola (management income) adalah pendapatan merupakan hasil pengurangan dari total output dengan total input. Input-input produksi atau biaya-biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi serta menjadi barang tertentu atau menjadi produk akhir, dan termasuk didalamnya adalah barang yang dibeli dan jasa yang dibayar. 
       Ada beberapa konsep biaya dalam ekonomi, yaitu: 1) Biaya tetap (FC), 2) Biaya total tetap (TFC), 3) Biaya Variabel (VC) dan 4) Biaya total variabel (TVC) serta biaya tunai dan tidak tunai. Biaya tetap (FC) yaitu biaya yang masa penggunaannya tidak berubah walaupun jumlah produksi berubah atau tidak terpengaruh oleh besar kecilya produksi karena tetap dan tidak tergantung kepada besar kecilnya usaha, maka bila diukur per unit produksi biaya tetap makin lama makin kecil (turun), yaitu termasuk biaya tetap dalam usahatani sayuran antar lain: tanah, bunga modal, pajak dan peralatan. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang selalu berubah tergantung besar kecilnya produksi, yang termasuk biaya ini adalah:biaya sarana produksi, biaya pemeliharaan, biaya panen, biaya pasca panen, biaya pengolahan dan biaya pemasaran serta biaya tenaga kerja dan biaya operasional. Biaya tunai meliputi biaya yang diberikan berupa uang tunai seperti biaya pembelian pupuk, bibit, obat-obatan dan biaya tidak tunai adalah biaya-biaya yang tidak diberikan sebagai uang tunai tetapi tidak diperhitungkan seperti biaya biaya tenaga kerja keluarga (Husein, 2005). 
        Pendapatan kotor adalah sejumlah uang yang diperoleh setelah dikurangi semua biaya tetap dan biaya variabel dan pendapatan bersih dihitung dari pendapatan kotor dikurangi pajak penghasilan. Pendapatan usaha tani adalah besarnya manfaat atau hasil yang diterima oleh petani yang dihitung berdasarkan dari nilai produksi dikurangi semua jenis pengeluaran yang digunakan untuk produksi. Untuk itu pendapatan usaha tani sangat dipengaruhi oleh besarnya biaya sarana produksi, biaya pemeliharaan, biaya pasca panen, pengolahan dan distribusi serta nilai produksi (Husein , 2005).


 BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN 

 3.1. Keadaan Umum
 3.1.1. Keadaan Umum Kelompok Tani Mekar Tani Jaya            Kelompok tani Mekar Tani Jaya didirikan pada tanggal 10 Oktober 1987, berdomisili di jalan Cibeunying No 85, Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Kelompok tani ini bergerak dalam bidang agribisnis sayur-sayuran yang pelaksanaanya dilakukan secara kolektif atau berkelompok dengan ketuanya Bapak Doyo Mulyo. Kelompok ini mempunyai anggota sebanyak 324 orang petani mampu mengusahakan ketersediaan sayuran sebanyak 138 jenis dengan mitra sebanyak 47 perusahaan(Anonimous, 2013). 
        Kelompok Mitra Tani Jaya mempunyai visi sebagai pemain agribisnis yang mampu berperan sebagai model terbaik dalam usaha tani unggul, berkelanjutan, senantiasa tumbuh dan berkembang, berwawasan masa depan dengan mengacu pada realitas dan kultur anggotanya serta menerapkan teknologi ramah lingkungan. Sedangkan misinya antara lain: 1) mengembangkan teknologi pertanian yang unggul, modern, dan terstandarisasi dengan baik yang aplikasinya adaptif, efektif dan efisien. 2) Mengembangkan usaha tani dengan pengelolaan usaha modern yang memiliki jati diri yang kokoh. 3). Mengembangkan sistem pengelolaan usaha tani yang terbaik yang mampu menyangga usaha untuk mencapai harapan(Anonimous, 2013). 
 Gambar 1. Struktur organisasi kelompok tani Mekar Tani Jaya Berkat kegigihan dan penerapan teknologi aplikatif, kelompok ini berhasil menjadi pemain agribisnis utama dan menjadi penyalur sayur-sayuran segar untuk daerah Jabodetabek, Surabaya, Bali, Bandung, Medan, Pontianak, Sorong, Pakpak, bahkan sampai diekspor untuk kebutuhan Singapura dan Brunai Darussalam. Kelompok Makmur Tani Jaya menerapkan standarisasi sertifikasi H.A.C.C.P (Hazard Analysis Critical Control Point) dari AFFA Australia dan USAID Amerika Serikat dan mendapatkan sertifikat standarisasi prima satu dari kementrian pertanian Republik Indonesia. Kelompok ini juga berhasil menerapkan standarisasi cara budidaya yang baik atau good agriculture practice (GAP) dan penanganan yang baik atau good handling paractice (GHP) dan berhasil mendapatkan sertifikasi prima dua. Selain itu kelompok ini juga telah menerapkan kaidah cara penggunaan pestisida yang baik atau complain with good pestisede practice dan berhasil mendapatkan sertifikat prima tiga(Anonimous, 2013).

 3.1.2. Keadaan Umum Amazing Farm 
        Amazing Farm berada dibawah perusahaan PT. Momenta Agrikultura merupakan perusahaan agribisnis sayuran aeroponik dan hidroponik DFT berdiri tahun 1998 dengan Dani Rusli sebagai pemilik. Amazing Farm Kebun Cikahuripan , Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat memproduksi berbagai macam sayuran daun secara aeroponik dan hidroponik DFT yang diantaranya selada, lollorossa dan romaine(Saptono, 2011). 
        Amazing farm merupakan pelopor perkebunan sayuran komersial di Indonesia yang menggunakan sistem budidaya tanaman dengan teknologi aeroponik dan hidroponik DFT. Kebun yang terletak di dataran tinggi di daerah Cikahuripan, Lembang, Jawa Barat ini memiliki curah hujan 3 000 mm per tahun dan memiliki suhu rata-rata antara 19-23ºC dan ketinggiannya 1312 hingga 2084 meter diatas permukaan laut yang sangat ideal untuk membudidayakan sayur-sayuran(Saptono, 2011). 
         Total areal kebun Amazing Farm Cikahuripan seluas 2,5 ha dengan luas produktif 1,8 ha. Sebagian besar digunakan untuk greenhouse budidaya, sisanya digunakan untuk fasilitas pendukung lainnya. Bangunan lainnya adalah: bangunan kotor dan tempat pencucian styrofoam, packing house, gudang plastik, gudang nutrisi dan mess karyawan(Saptono, 2011).
         Jumlah karyawan di Amazing Farm kebun Cikahuripan sebanyak 26 orang yang terdiri dari 1 orang menejer kebun, 2 orang supervisor, 1 orang salesman, 5 orang PIC(Person in Charge atau karyawan yang bertugas melakukan semua kegiatan produksi seperti penanaman dan perawatan di greenhouse yang menjadi tanggung jawabnya), 3 orang karyawan semai, 2 orang karyawan bagian panen, 3 orang bagian pencucian styrofoam, 6 orang bagian packing dan 3 orang bagian keamanan(Saptono, 2011). 
        Struktur organisasi menunjukkan wewenang serta tanggung jawab pada masing-masing bagian dalam organisasi PT. Momenta Agrikultura (Amazing Farm) dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Direktur Utama Manajer Kebun Manajer Keuangan Manajer pemasaran Supervisor Produksi Supervisor Panen Marketing Salesman Gambar 2. Struktur organisasi Amazing Farm

 3.2. Agribisnis Sayur-sayuran 
3.2.1. Agribisnis sayur-sayuran di kelompok tani Makmur Tani Jaya Kelompok Makmur Tani Jaya mengusahakan berbagai jenis sayuran diantaranya: paprika atau capsicum, momotaro atau tomat jepang, polong, bunga kol, kol merah, zukini atau labu jepang, sweet corn atau jagung manis, edamame atau kedelai jepang, brokoli, tomat cerry, asparagus, kyuri atau timun jepang, kapri manis, head letuce, ingen atau buncis jepang, horenzo atau bayam jepang, satsumaimo atau ubi jepang dan kabocha(Anonimous, 2013). 
3.2.2. Agribisnis sayur-sayuran di Amazing Farm Amazing Farm kebun Cikahuripan, Lembang, Jawa Barat membudidayakan berbagai macam sayur-sayuran baik secara aeroponik dan hidroponik DFT diantaranya adalah : selada keriting, lollorossa, romaine, timun midi, tomat, bayam hijau, bayam merah dan pakcoy(Saptono, 2011).

 3.3. Aspek Teknis 
 3.3.1. Aspek Teknis budidaya bayam jepang (horenzo) pada kelompok tani Mekar Tani Jaya 
       Kegiatan budidaya sayur-sayuran pada kelompok tani Mekar Tani Jaya menggunakan 3 (tiga) teknik yang berbeda antara lain: 1) Sistem hidrofonik pada sayur tomat, beef, paprika; 2) Sistem screen house pada tanaman sayuran kyuri, horenzo, Cerry, asparagus; 3) Sistem mulsa lahan terbuka pada tanaman brokoli, letuce, bunga kol, nasubi, tomat, cabe dan lain-lainnya(Anonimous, 2013). 
        Pola tanam komoditi sayur-sayuran yang dilaksanakan oleh kelompok Mekar Tani Jaya dilakukan sesuai kebutuhan pasar dan menerapkan pola tanam yang terjadwal untuk menjaga kuota produksi dan kontinuitas dari produk. Pada kunjungan ke kelompok Mekar Tani Jaya yang kami amati adalah teknik budidaya sayuran horenzo atau bayam jepang. Teknik budidaya bayam jepang di kelompok ini menggunakan teknik green house atau screen house dan sistem mulsa pada lahan terbuka. Pada budidaya tanaman scree house seluruh bangunan house menggunakan screen sebagai media penutupnya (green house biasanya menggunakan UV, Polykarbonat, plastik atau kaca sebagai penutup seluruh atau sebagian house). 
       Teknik budidaya bayam jepang yang dilaksanakan oleh kelompok Makmur Tani Jaya melalui beberapa tahapan, sebagai berikut: 1). Tahap penyiapan benih, benih bayam jepang atau horenzo diperoleh dari perusahaan benih Takii. 2). Tahap penyemaian benih, lahan untuk pembibitan dipilih yang lebih tinggi dari sekitarnya dan bebas dari hama dan penyakit tanaman serta gulma. Tempat pembibitan dilakukan di green house atau di lahan yang sudah diberi atap plastik. Benih disebar merata atau berbaris-baris pada tempat persemaian. 3). Pemeliharaan penyemaian, pada tahap ini perlu dilakukan penyiraman secara teratur dan pemupukan dengan pupuk kandang sampai bibit tumbuh dengan baik. 4). Pemindahan bibit, dilakukan setelah bibit tumbuh sekitar 7-14 hari, bibit dipindah-tanam ke lahan yang sudah dipersiapkan dengan media tanam campuran tanah dan pupuk organik dan sudah diberi mulsa. 
       Adanya Mulsa dapat mengurangi serangan hama dan penyakit termasuk gangguan gulma. Jarak tanam berkisar antara 20 cm x 30 cm, sehingga populasi tanaman bayam jepang berkisar 12.0000 tanaman per 100 m2. 5). Tahap pemeliharaan. Gambar 3. Budidaya sayuran bayam jepang di kelompok Mekar Tani Jaya. 
       Pada tahap pemeliharaan perlu dilakukan a). Penjarangan dan penyulaman, penjarangan bertujuan menghindari persaingan antar tanaman satu sama lain yang bisa menyebabkan pertumbuhan tidak sempurna pada tanaman yang bersaing. Penyulaman bertujuan untuk mengganti tanaman bayam jepang yang mati karena penyakit atau faktor lainnya. b) Penyiangan dilakukan apabila muncul gulma dan rumput liar lainnya yang dapat menurunkan produksi bayam jepang. Alat yang digunakan berupa cangkul atau sabit atau mencabut langsung gulma dengan tangan. c). Pemupukan, pemupukan dilakukan dengan pupuk organik seperti kompos atau urin kelinci. d). Pengairan dan penyiraman, penyiraman ini dilakukan rutin dan intensif 1 – 2 kali sehari. Waktu yang digunakan adalah pagi dan sore hari dengan alat gembor. e). Penyemprotan pestisida dengan menggunakan pestisida merek prepaton aplikasi 5 ml per tangki sprayer 15 liter(Anonimous, 2013). 
3.3.2. Aspek Teknis budidaya selada pada Amazing Farm 
        Pada kegiatan budidaya sayur-sayuran di Amazing Farm kebun Cikahuripan menggunakan sistem aeroponik dan hidroponik DFT. Kegiatan paling awal adalah persemaian. Kegiatan persemaian dimulai dari pemilihan varietas yang berkualitas unggul. Benih selada yang dipakai adalah varietas New Grand Rapid dari produsen Known You Seeds Distribution (S.E.A) Pte. Ltd dari Taiwan. Benih-benih yang akan disemai direndam dalam air di wadah plastik kecil selama satu malam sebelum disemai.Benih yang telah direndam kemudian diletakkan di atas rockwool dengan menggunakan pinset satu per satu dengan sedikit menekan dan memasukkan benih tersebut ke dalam serat rockwool(Saptono, 2011). 
        Benih disusun di atas rockwool menurut susunan 3 x 12 baris dengan jarak tanam 1,67 cm x 1,67 cm, sehingga dalam satu potongan rockwool terdapat 36 benih sayuran selada. Jumlah keseluruhan benih di dalam satu tray persemaian adalah 216 benih. Jumlah standar benih yang disemai oleh 1 orang tanaga penyemai sekitar 40 tray atau 240 slab per hari. Tray yang sudah berisi benih kemudian dicelupkan perlahan-lahan ke dalam bak air untuk membasahi rockwool. Kegiatan ini dilakukan dengan hati-hati untuk meminimalisir benih yang sudah disusun di atas potongan rockwool hanyut dalam air. Tray yang sudah dicelupkan kemudian ditiriskan sesaat lalu dimasukkan ke dalam ruang gelap. Tray yang terdapat di ruang gelap disusun di atas rak-rak yang sudah dibagi per komoditas. Tray tersebut dibiarkan di dalam ruang gelap selama dua hari. Suhu di dalam ruang gelap berkisar antara 17 – 25 º C. Tujuan meletakkan benih yang baru disemai di ruang gelap adalah untuk menginisiasi perkecambahan(Saptono, 2011). Tray persemaian yang berada di dalam ruang gelap selama dua hari kemudian dikeluarkan. Benih yang telah disemai sudah mulai berkecambah dan siap dipindahkan ke greenhouse nursery. Di dalam greenhouse nursery, rockwool yang berisi kecambah dikeluarkan dari tray, kemudian rockwool tersebut disusun di atas styrofoam yang diapungkan di atas larutan nutrisi. Asupan nutrisi didapatkan bibit dari larutan nutrisi yang dialirkan di dalam bak tanam dengan menggunakan metode DFT(Saptono, 2011).
        Bibit siap tanam adalah bibit yang berumur sekitar 14 hari atau dengan ukuran siap tanam, yaitu memiliki ketinggian antara 5 – 7 cm dan memiliki 2 -3 helai daun. Kondisi bibit harus dalam keadaan sehat dan berwarna hijau kekuningan. Kegiatan produksi di Amazing Farm semuanya dilakukan di dalam greenhouse produksi. Secara umum kegiatan produksi antara lain: pengecekan keadaan air dalam tangki nutrisi, memeriksa nilai nutrisi agar sesuai dengan kebutuhan tanaman, mencuci styrofoam bekan tanaman yang telah dipanen, membersihkan bak tanam, membersihkan sisa-sisa sayuran yang tidak dipanen, menyusun styrofoam yang sudah dicuci, dan pengecekan nozzle(Saptono, 2011). 

 3.4. Aspek Pemasaran 
3.4.1. Permintaan 
       Permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan konsumen yang mempunyai kemampuan untuk membeli pada berbagai tingkat harga. Potensi pasar untuk produk sayur-sayuran cukup tinggi. Tingginya potensi pasar untuk produk sayur-sayuran terlihat dari jumlah permintaan yang selalu meningkat.Produk sayuran yang diusahakan oleh kelompok Mekar Tani Jaya dan Amazing Farm rata-rata habis terjual ke konsumen. Selain itu, usaha ini selalu mengalami kelebihan permintaan yang tidak mampu dipenuhi oleh pemilik usaha.
       Peluang pasar akan produk sayuran juga didukung oleh budaya masyarakat. Masyarakat menganggap kurang sempurna jika belum ada sayuran disajikan sebagai menu pada saat makan. Permintaan untuk sayuran produksi kelompok tani Mekar Tani Jaya datang dari swalayan di daerah Jabodetabek (Jakart, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) seperti: Papaya, Ranch Market, Grand Lucky, Sogo, Kamome, Total Buah Segar, Naga swalayan, All fresh, Kemchicks. Beberapa swalayan di Kota Bandung antara lain: Sogo, Papaya, Setiabudi, Yogya, Borma, Total buah. Permintaan sayur-sayuran juga datang dari kota Surabaya, Denpasar, Medan, Pontianak bahkan sampai Sorong dan Fak-fak di Papua. Permintaan dari luar negeri datang dari Singapura, Brunai Darussalam dan Taiwan.Tercatat setiap minggunya kelompok tani Mekar Tani Jaya mampu mengirim sebanyak 5,4 ton komoditas sayuran ke Singapura dan 9 ton jenis sawi-sawian (sawi putih, sawi kuning dan sawi panjang) ke Taiwan(Anonimous, 2013). 
       Permintaan untuk sayur-sayuran hasil produksi Amazing Farm datang dari dalam negeri dan luar negeri. Produk yang dihasilkan Amazing Farm dengan empat macam merk dagang (Aeroponic Vegetables, Disney Aeroponic Vegetables, Kids Disney Aeroponic Vegetables dan Mr. Vegie) banyak dipesan untuk mengisi swalayan-swalayan di Kota Bandung, Jakarta, Tangerang, Semarang, Surabaya dan kota-kota lainnya). Untuk permintaan dari luar negeri datang dari negara Singapura dan Brunai Darussalam(Saptono, 2011). 

3.4.2. Penawaran
        Penawaran diartikan sebagai berbagai kuantitas barang yang ditawarkan di pasar pada berbagai tingkat harga. Penawaran budidaya sayur-sayuran yang dikelola secara moderen dan menggunakan konsep organik ini dapat dikatakan masih rendah. Jumlah penawaran budidaya sayur-sayuran seperti yang dilakukan oleh kelompok tani Mekar Tani Jaya dan Amazing Farm ini belum banyak yang melakukannya dan juga belum mampu memenuhi kebutuhan atau permintaan pasar.

 3.5. Aspek Panen dan Pasca Panen 
3.5.1. Aspek Panen dan Pasca Panen Bayam Jepang (Horenzo) di Kelompok Mekar Tani Jaya 
       Bayam jepang siap panen biasanya berumur antara 25 – 35 hari setelah tanam dengan tinggi antara 15 – 20 cm. Waktu pemanenan dilakukan pada pagi hari atau sore hari, saat suhu udara tidak terlalu tinggi. Tahapan yang dilakukan saat pemanenan adalah: 1). Penyimpanan di penampungan hasil panen; 2). Pengepakan di keranjang panen; 3). Pengiriman ke bangsal pasca panen(Anonimous, 2013). 
       Tahap-tahap yang dilakukan Kelompok Mekar Tani Jaya pada pasca panen adalah sebagai berikut: 1). Penerimaan bayam jepang yang sudah dipanen di bangsal paska panen; 2). Penimbangan awal bayam jepang; 3). Sortasi awal dengan cara memisahkan bayam jepang yang busuk atau rusak dengan bayam jepang yang baik dan segar. Disamping itu juga penggolongan terhadap bayam jepang yang daunnya besar dan daun kecil. Setelah itu diikat besar maupun dengan ukuran ibu jari; 4). Penimbangan hasil akhir; 5). Pembersihan bayam jepang dengan cara di cuci, disikat kamudian dilap, pemangkasan dari daun atau pelepah yang rusak dan membuang akar; 6). Sortasi akhir; 7). Pelayuan; 8).Grading; 9).Pengemasan atau proses membungkus produk dengan menggunakan bahan-bahan tertentu guna melindungi produk dari kerusakan dan hal-hal yang membahayakan konsumen; 10). Penyimpanan untuk menjaga kesegaran bayam jepang dan memperpanjang masa produk dengan perlakuan suhu dingin mendekati 0 ºC; 11). Pengangkutan atau memindahkan produk bayam jepang ke pasar tujuan atau ke konsumen dengan mutu produk tetap dipertahankan(Anonimous, 2013).
 Gambar 5. Kegiatan pasca panen di kelompok Mekar Tani Jaya

 3.5.2. Aspek Panen dan Pasca Panen Selada di Amazing Farm
       Kegiatan panen dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi hari (mulai pukul 06.30 WIB selesai sebelum 09.30 WIB) dan sore hari (mulai pukul 15.30 selesai sebelum pukul 17.00 WIB). Panen dilakukan oleh karyawan panen yang bertanggung jawab untuk memanen sayuran, memasukkan ke dalam kontainer dan nengangkut ke packing house memakai troli. Cara panen yang dilakukan karyawan panen yaitu mencabut sayuran dengan cara memegang pangkal batang sayuran lalu menarik keatas secara hati-hati. Karyawan panen menggunakan sarung tangan karet, sepatu boot dan juga celemek plastik seperti standar internasional yang diterapkan perusahaan(Saptono, 2011).
       Sayuran selada dimasukkan ke dalam kontainer plastik dengan cara disusun dengan cara berlawanan arah, diamana akar diposisikan pada bagian tengah kontainer. Sayuran tersebut tidak boleh ditekan atau isinya terlalu padat untuk menghindari kerusakan produk. Sayuran yang telah disusun rapi dalam kontainer kemudian dimasukkan ke atas troli. Kontainer-kontainer tersebut ditumpuk dengan terlebih dahulu ditutupi plastik pada bagian atas kontainer, agar tanah yang menempel pada bagian kaki kontainer tidak jatuh ke kontainer bawahnya. Penyusunan kontainer maksimal empat tumpukan. Troli pengangkut panen dapat mengangkut 16 buah kontainer dalam sekali pengangkutan. 
        Jumlah sayuran yang dipanen setiap hari mengacu pada taksiran mingguan yang telah dibuat sebelumnya oleh supervisor produksi. Taksasi ini memberikan informasi berapa banyak bak yang harus dipanen untuk setiap harinya. Tahap pasca panen dilakukan di packing house , yang terdiri dari sortasi dan perompesan daun. Tindakan paling awal adalah melakukan sortasi dengan cara memisahkan sayuran yang tidak masuk standar kualitas dengan yang masuk standar untuk dikemas, sedang perompesan daun dilakukan dengan cara membuang daun tua yang biasanya terletak di bagian luar sebanyak 3 – 5 helain daun, tergantung keadaan sayuran(Saptono, 2011). 
       Karyawan packing tidak mencuci sayuran yang telah dipanen tetapi langsung merompes daun-daun tua dan jelek. Setelah itu akar sayuran digulung sampai rapi kemudian ditimbang. Karyawan packing menimbang sayuran tidak tepat pada angka timbangan, melainkan dengan berat 10 – 20 gram lebih berat dari berat yang tertulis di kemasan. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi jika sayuran tersebut mengalami penyusutan bila dikirim keesokan harinya(Saptono, 2011). 
        Cara pengemasan untuk komoditas selada adalah dengan cara dibentuk bucket. Plastik yang digunakan mempunyai ukuran 30 cm x 35 cm yang kedua ujungnya terbuka. Sayuran dimasukkan ke dalam plastik, diratakan akarnya, kemudian plastik pada bagian bawah diikat dengan menggunakan selotip sebanyak dua kali lilitan agar memperkuat hasil bungkusan, sedangkan pada bagian atas dibiarkan terbuka. Cara pengemasan ini menghasilkan produk dengan bentuk bucket seperti rangkaian bunga(Saptono, 2011). 
       Sedangkan produk sayuran selada yang akan diekspor diberi perlakuan khusus dalam pengemasannya. Selada yang sebelumnya dikemas menggunakan plastik dimasukkan ke dalam kotak styrofoam dengan ukuran 50 cm x 40 cm x 30 cm, masing-masing kotak styrofoam terdiri dari 20 kemasan. Kotak styrofoam tersebut kemudian diberi dua bongkah es batu. Es batu terbuat dari air kran yang dibekukan dalam botol air mineral 600 ml. Es batu kemudian dibungkus dengan koran untuk menahan air embun es batu tidak langsung mengenai produk (Saptono, 2011). 


3.6. Aspek Distribusi dan Pemasaran 
3.6.1. Aspek Distribusi dan Pemasaran Sayuran pada kelompok Mekar Tani Jaya Pemasaran produk sayuran yang diproduksi kelompok Mekar Tani Jaya meliputi pasar dalam negeri dan pasar ekspor. Daerah tujuan pemasaran untuk dalam negeri meliputi: Bandung, Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, Surabaya, Denpasar bahkan sampai ke Medan, Pontianak, dan Papua(Anonimous, 2013). 
        Sejak tahun 2005 kelompok Mekar Tani Jaya telah mengekspor komoditas sayuran ke Singapura. Setiap minggunya kelompok ini mampu mengirim sebanyak 5,4 ton komoditas sayuran ke Singapura. Selain Singapura, kelompok Mekar Tani Jaya juga telah mengekspor produk sawi putih, sawi kuning dan sawi panjang ke Taiwan(Anonimous, 2013). 

 3.6.2. Aspek Distribusi dan Pemasaran Sayuran pada Amazing Farm 
       Amazing Farm memasarkan produknya melalui empat jalur, yaitu jalur Tangerang, jalur ekspor, jalur Semarang dan Jalur Bandung. Jalur distribusi produk ke Tangerang menggunakan truk besar yang berpendingin yang memiliki kapasitas 60 kontainer sekali angkut. Sayuran dikirim ke Tangerang pada malam hari (pukul 18.00 WIB), sehingga suhu masih dipertahankan tidak terlalu tinggi dan sayuran tidak menunjukkan penurunan kualitas. Jalur Tangerang juga digunakan untuk ekspor, sampai di Tangerang akan dilanjutkan ke Bandara Soekarno-Hatta. Pengiriman produk ke Semarang tidak tetap setiap bulannya karena tergantung permintaan. Cara pendistribusiannya dengan menggunakan jasa pengiriman paket(Saptono, 2011). 
       Jalur distribusi produk ke Bandung menggunakan mobil bak tertutup ukuran kecil (Pick up). Distribusi produk di sekitar Bandung dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 05.00 WIB dan pukul 09.00 WIB semua produk sudah didistribusikan. Keadaan produk ketika dikirimkan hingga sampai ke tempat tujuan masih baik, walaupun mobil tidak dilengkapi pendingin udara. Hal ini disebabkan keadaan suhu pada pagi hari di sekitar Lembang hingga Bandung masih dingin, sehingga produk masih dapat bertahan kesegarannya saat didistribusikan(Saptono, 2011).

 3.7. Aspek Ekonomi 
 3.7.1. Aspek Ekonomi pada kelompok Mekar Tani Jaya 
Rincian analisis finansial budidaya bayam jepang (horenzo) dengan menggunakan teknik budidaya sistem mulsa ukuran 1 000 m2 untuk 1 (satu) musim tanam ± 2 bulan adalah sebagai berikut :
 A. Biaya-biaya
 1. Biaya tetap Sanitasi lahan 40 HOK x Rp. 35.000 = Rp. 1.400.000 Sewa lahan = Rp. 500.000 Total biaya tetap = Rp. 1.900.000
 2. Biaya tidak tetap atau biaya variabel :
Benih bayam jepang/horenzo = Rp. 300.000
Mulsa = Rp. 450.000
Pupuk kandang (1 paket 1000 Kg) = Rp. 1.000.000
Pupuk pabrik (1 paket) = Rp. 500.000
Pestisida (1 paket) = Rp. 750.000
Tenaga kerja 60 HOK = Rp. 2.700.000
Penyusutan 20% x 1.600 Kg x Rp. 10.000 = Rp .3.200.000
Total Biaya tidak tetap = Rp. 8.900.000

 3. Biaya tak terduga = Rp. 450.000

 Total biaya (Biaya tetap + biaya variabel + biaya tak terduga) = 11.250.000

 B. Pendapatan Perkiraan tanaman 20.000 pohon, rasio kematian 20%,
Produksi 1 Kg= 10 pohon, harga jual bayam jepang/horenzo adalah Rp. 10.000/Kg Total produksi = 20.000 x 80% x 0,1 Kg = 1.600 Kg
Total pendapatan = Total produksi x Harga jual = 1.600 x Rp. 10.000 = Rp. 16.000.000

 C. Keuntungan = Total pendapatan – Total biaya = Rp. 16.000.000 - Rp. 11.250.000 = Rp. 4.750.000

 D. BEP / titik impas harga produksi = Total biaya : Total produksi = Rp. 11.250.000 : 1.600 Kg = Rp. 7.031/Kg E. BCR (Benefit cost ratio) = Total pendapatan : Total biaya = Rp. 16.000.000 : Rp. 11.250.000 = 1,42
       Dari data analisis finansial dapat diketahui bahwa total produksi bayam jepang (horenzo) selama 1 musim pada kelompok tani Mekar Tani Jaya adalah sebesar 1.600 Kg. Biaya total yang dikeluarkan petani kelompok Mekar Tani Jaya dalam 1 musim sebesar Rp.11.250.000. Total pendapatan petani sayur bayam jepang kelompok tani Mekar Tani Jaya didapatkan hasil sebesar Rp. 16.000.000. Keuntungan petani per musim adalah sebesar Rp. 4.750.000.
        Untuk mengetahui apakah usaha agribisnis petani sayur bayam jepang pada kelompok tani Mekar Tani Jaya tidak mendapat keuntungan dan juga tidak mendapat kerugian, maka dilakukan perhitungan dengan cara BEP/ Break Event Point atau titik impas. Dari perhitungan didapatkan Break Event Point petani sayuran bayam jepang pada kelompok tani Mekar Tani Jaya lembang adalah pada Rp. 7.031 per Kilogram. Pada harga tersebut usaha budidaya bayam jepang (horenzo) tidak memperoleh keuntungan dan juga tidak memperoleh kerugian.
       Untuk mengetahui kelayakan usaha agribisnis budidaya sayuran bayam jepang (Horenzo) di kelompok Mekar Tani Jaya, Lembang dipergunakan analisis Benefit Cost Ratio (BCR) yaitu dengan membandingkan antara pendapatan yang diperoleh dengan biaya produksi yang dikeluarkan pada proses produksi agribisnis. Kriteria untuk BCR : 1). Jika BCR > 1 maka usaha agribisnis budidaya bayam jepang dikatakan layak untuk dilanjutkan, 2). Jika BCR < 1 maka usaha budidaya sayur bayam jepang tersebut dikatakan tidak layak untuk dilanjutkan, 3). Jika BCR = 1 maka usaha budidaya sayur bayam jepang tersebut mencapai titik impas (tidak mengalami kerugian dan keuntungan). Dari hasil perhitungan BCR pada budidaya sayur bayam jepang di kelompok Mekar Tani Jaya, Lembang, Kabupaten Bandung Barat diperoleh BCR = 1,42 atau lebih besar dari 1, maka usaha agribisnis budidaya sayur bayam jepang (horenzo) di kelompok Mekar Tani Jaya tersebut dapat dikatakan feasible dan layak untuk dilanjutkan.

 3.7.2. Aspek Ekonomi di Amazing Farm
Analisis finansial budidaya selada dengan sistem hidroponik DFT (1 green house) di Amazing Farm dapat diilustrasikan sebagai berikut :
 A. Biaya
 1. Total biaya investasi bangunan dan peralatan (Rp. 300.000/m2) umur pemakaian 20 tahun, luas green house ± 200 m2, 1 musim tanam ± 2 bulan = Rp. 300.000 x 200 m2 : 20 tahun x 2/12 bulan = Rp. 500.000
 2. Biaya tetap Penyusutan bangunan dan peralatan = Rp. 250.000 Listrik (2.500 w) = Rp. 576.000 Total biaya tetap = Rp. 826.000
3. Biaya tidak tetap atau biaya variabel : Benih selada = Rp. 100.000 Nutrisi AB Mix = Rp. 600.000 Tenaga kerja 60 HOK = Rp. 2.700.000
Total Biaya tidak tetap = Rp. 3.400.000 Total biaya (Biaya investasi + Biaya tetap + biaya variabel ) = 4.726.000

 B. Pendapatan Perkiraan produksi 1,77 Kg/m2 x 200 m2 x Rp. 15.000/Kg Total pendapatan = Rp. 5.310.000
 C. Keuntungan = Total pendapatan – Total biaya = Rp. 5.310.000 ˗ Rp. 4.760.000 = Rp. 550.000 H. BEP / titik impas harga produksi = Total biaya : Total produksi = Rp. 4.726.000 : 354 Kg = Rp. 13.350/Kg
 D7. BCR (Benefit cost ratio) = Total pendapatan : Total biaya = Rp. 5.310.000 : Rp. 4.260.000 = 1,12 Dari data analisis finansial dapat diketahui bahwa total produksi selada selama 1 musim pada 1 green house ukuran ± 200 m2 di amazing farm adalah sebesar 354 Kg. Biaya total yang dikeluarkan budidaya selada 1 (satu) green house di Amazing Farm dalam 1 musim sebesar Rp. 4.726.000 . Total pendapatan budidaya selada didapatkan hasil sebesar Rp. 5.310.000 Keuntungan budidaya selada per musim dalam 1 (satu) green house adalah sebesar Rp. 550.000.
       Untuk mengetahui apakah usaha agribisnis budidaya selada di Amazing Farm tidak mendapat keuntungan dan juga tidak mendapat kerugian, maka dilakukan perhitungan dengan cara BEP/ Break Event Point atau titik impas. Dari perhitungan didapatkan Break Event Point budidaya sayuran selada di Amazing Farm lembang adalah pada Rp. 13.350 per Kilogram. Pada harga tersebut usaha budidaya selada tidak memperoleh keuntungan dan juga tidak memperoleh kerugian.
       Untuk mengetahui kelayakan usaha agribisnis budidaya sayuran selada di Amazing Farm, Lembang dipergunakan analisis Benefit Cost Ratio (BCR) yaitu dengan membandingkan antara pendapatan yang diperoleh dengan biaya produksi yang dikeluarkan pada proses produksi agribisnis. Kriteria untuk BCR : 1). Jika BCR > 1 maka usaha agribisnis budidaya selada dikatakan layak untuk dilanjutkan, 2). Jika BCR < 1 maka usaha budidaya sayur selada tersebut dikatakan tidak layak untuk dilanjutkan, 3). Jika BCR = 1 maka usaha budidaya sayur bayam selada tersebut mencapai titik impas (tidak mengalami kerugian dan keuntungan). Dari hasil perhitungan BCR pada budidaya selada 1 (satu) green house di Amazing Farm, Lembang, Kabupaten Bandung Barat diperoleh BCR = 1,12 atau lebih besar dari 1, maka usaha agribisnis budidaya selada di Amazing Farm tersebut dapat dikatakan feasible dan layak untuk dilanjutkan. 


BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 

 4.1. KESIMPULAN 
       Dari hasi kunjungan di kelompok tani Mekar Tani Jaya dan Amazing Farm, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat dapat disimpulkan sebagai berikut :
 1. Dari kelayakan usaha agribisnis sayur-sayuran di kelompok tani Mekar Tani Jaya dan Amazing Farm jika dilihat dari aspek pasar, aspek teknis dan aspek sosial ekonomi lingkungan layak untuk diusahakan.
 2. Analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa usaha budidaya sayur-sayuran di kelompok tani Mekar Tani Jaya dan Amazing Farm k ini layak untuk diusahakan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai BCR nya yang melebihi 1 (satu). 

4.2. Saran
       Beberapa saran yang perlu dilakukan pada usaha budidaya sayur-sayuran di kelompok tani Mekar Tani Jaya dan Amazing Farm, antara lain: 
1. Perlu dilakukannya perluasan lahan untuk, mengingat tingginya permintaan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. 
2. Perlunya penambahan produksi dan pangsa pasar sehingga bisa menambah keuntungan secara finansial. 3. Perlu dilakukan penghilangan penggunaan pestisida pabrikan pada kelompok Mekar Tani Jaya karena belum semua petani menggunakan pestisida organik. 


 DAFTAR PUSTAKA 
 Aninomous, 2013, Budidaya Sayuran di Kelompok Mekar Tani Jaya Lembang Lembang: leaflet mekar tani jaya 

Gittinger JP, 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi Kedua. Jakarta: UI Press. 

Husein U, 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 

Mubyarto, 1997, Pengantar Ekonomi Pertanian, Jakarta: LP3ES 

Saragih, B., 2001, Agribisnis, Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian, Bogor: Percetakan IPB 

Saptono, 2011, Teknik Budidaya Sayuran di Amazing Farm Lembang Jawa Barat, Bogor: Percetakan IPB

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...